Arsip

Archive for the ‘Hari Asyura’’ Category

Screen Shoot dari akun Aditya Riko 22

Allah Ta’ala berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia :

فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
(QS. al-Baqarah : 198)

Tetapi………….
kitab syiah diatas malah mengiming-imingi manusia untuk bertolak ke Karbala….

مَن بات ليلة عرفة في كربلاء وأقام بها حتّى يعيد وينصرف وقاه الله شرّ سنته
Barangsiapa menghabiskan malam arafah di Karbala dan tinggal di dalamnya sampai kembali dan pergi Allah akan melindunginya dari keburukan sepanjang tahun.
————————————————-
Ribuan Warga Syi’ah Wuquf di Karbala

Sumber-sumber berita resmi Irak menyatakan bahwa ribuan warga Syi’ah dari Iran dan negara-negara Teluk melaksanakan wuquf di Karbala, sebagai pengganti wuquf di Arafah, Selasa (23/11).

Najah Al-Balaghi, Kepala Administrasi Bandara Nejef, menyampaikan, “Ribuan pengikut Syi’ah datang dari negara-negara Teluk dan Iran untuk berpartisipasi dalam kunjungan Arafah di makam Imam Husain di Karbala, Selatan Baghdad.” Ia menambahkan, ” Dalam minggu ini jumlah mereka mencapai 6.235 dari Teluk dan sekitar 7.000 orang dari Iran.”

Al-Balaghi juga menegaskan bahwa jumlah pengunjung ini akan bertambah, menunggu pesawat yang bisa membawa mereka ke Nejef. Dalam sehari rata-rata ada penerbangan berasal dari Dubai, Bahrain, Lebanon dan Suriah setelah sebelumnya hanya ada dua kali penerbangan dalam seminggu. Penerbangan ke Teheran dan Masyhad (lokasi syahidnya Husain) dari satu sampai empat kali penerbangan dalam seminggu.

Tokoh Referensi Syi’ah, Huda Ahmed, Wakil dari Mursyid Ali Khamenei, dari kota Masyhad menyerukan untuk menjadikan Masyhad itu sebagai kiblat kaum muslimin, menggantikan kota Mekah. Dia juga mengajak untuk meninggalkan rukun Islam kelima yaitu haji ke Baitullah.

Perwakilan Khamenei ini menyatakan bahwa “Makam Imam Ridha berada di Masyhad, maka ia pun menjadi tempat yang tepat bagi seluruh umat Islam. Sementara tempat-tempat lain, telah menjadi tawanan orang-orang yang sombong.” Ia menambahkan, “Tanah Hijaz telah menjadi tawanan kelompok Wahabi,” .

Huda menunjukkan bahwa Masyhad ini setiap tahun dikunjungi oleh 800 ribu pengunjung dari luar negeri dan dan 20 juta pengunjung dari dalam negeri Iran sepanjang tahun.. Ia mengklaim bahwa Masyhad adalah ibukota spiritual dan keagamaan, bahkan sebelum adanya makam Imam Ridha, imam Syi’ah yang kedelapan, di dalamnya.

Iran Ingin Mengontrol Tempat-tempat Suci di Arab Saudi

Ahli Strategi Mesir dan mantan panglima perang, Hussam Sweilem mengungkapkan bahwa, Iran ingin mengontrol tempat-tempat suci di Arab Saudi. Ia menyatakan, bahwa usaha “tashdir tsaurah” (ekspor revolusi) Iran memiliki departemen tersendiri di Kementerian Luar Negeri Iran yang bekerja secara sistematis. Mereka telah masuk ke Eritrea yang miskin, dan sedang menuju ke gerbang laut merah yang mengontrol terusan Suez. Dari sini Iran dapat mengancam Yaman dan Arab Saudi dan meneruskan persenjataannya ke Sudan dan Mesir. Oleh karena itu ia membuat sebuah pangkalan militer dan kilang minyak di Eritrea.”

Husam menambahkan, “Kami tahu apa yang harus dilakukan Houthi di Yaman dekat perbatasan Saudi-Yaman untuk melayani Iran dan mewujudkan tujuannya dalam mengendalikan tempat-tempat suci di Arab Saudi.”

Seorang Peneliti Arab Saudi yang berada di Inggris, Aid Bin Saad Al-Dusari, sebelumnya telah membongkar adanya usaha untuk mengotori Ka’bah dengan darah para jamaah haji untuk memunculkan “Imam Mahdi” versi Syi’ah.

Al-Dusari juga menjelaskan, serangan Syi’ah ini adalah bagian dari persiapan untuk revolusi Mahdi dan pembebasan Mekah dan Madinah dari “orang musyrik,” menurut mereka. (Sn/im)

Kategori:Hari Asyura'

Screen Shoot dari akun Aditya Riko 13


IRIB HOT NYUS :
Syiah berkhianat ? Biarkan sejarah yang menjawabnya …
http://www2.irib.ir/worldservice/melayuradio/sejarah/asyuraa.htm

Imam Husein AS lantas memanggil beberapa orang dari barisan musuh: “Wahai Syabats bin Rab`i, Hajjar bin Abjad, Qais bin Asy’ats, Zaid bin Haritsah! Bukankah kalian yang menulis surat kepadaku untuk datang dengan mengatakan bahwa buah-buah telah masak dan siap dipetik, dan seluruh warga Kufah akan menjadi bala tentaraku? Apakah kalian sudah lupa kepada janji dan sumpah setia kalian?”

Semuanya membantah pernah menulis surat itu kepada Al-Husein. Beliau menjawab: “Demi Allah kalian telah menulis surat itu.”

# Apa ngga kurang ajar orang2 kufah itu ?

next =>

Syimr bin Dzil Jausyan maju dan duduk di atas dada Imam Husein. Sekejap kemudian, kepala cucu Rasul itu terlepas dari tubuhnya dan berada di tangan si durjana Syimr bin Dzil Jausyan.

Siapakah Syimr si durjana ini ?

و زحر هذا شهد مع علي (ع) الجمل و صفين كما شهد صفين معه شبعث بن ربعي و شمر بن ذي الجوشن الضبابي ثم حاربوا الحسين عليه السلام يوم كربلاء فكانت لهم خاتمة سوء نعوذ بالله من سوء الخاتمة.
– المجتهد الأكبر السيد محسن الأمين رضوان الله عليه – في رحاب أئمة أهل البيت عليهم السلام

Zahr (bin qais) inilah yang bersama Ali dalam perang Jamal dan shiffin, sebagaimana bersama dia dalam perang shiffin Syab’ats bin rabi’i dan SYIMR BIN DZIL JAUSYAN AL-DHABABI kemudian mereka memerangi al-Husain ‘alaihis salam pada yaum karbala.
http://alkadhum.org/other/mktba/sira/fe_rahab01/01.htm
scribd : http://scr.bi/mCqnkB

شمر بن ذي الجوشن عليه آلاف الوف لعنة، تولد من الزنا، وكان يوم صفين في جيش أمير المؤمنين عليه السلام
مستدرك سفينة البحار –

Syimr bin Dzil Jausyan beribu laknat atasnya, anak zina, dan dia pada perang shiffin adalah tentaranya Amiril Mu’minin alaihissalam.
(Mustadrak Safinat al-Bihar)
http://www.yasoob.com/books/htm1/m013/14/no1434.html (hal. 43)

ref :
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10150197479048548&set=o.119706138093283&type=3

Kategori:Hari Asyura'

Note dari akun Awi Sirep 46

TRAGEDI KARBALA

by Awi Sirep on Friday, January 7, 2011 at 4:55am ·

Imam Husein RA tinggal di Makkah dan Madinah.. beliau selalu berada di dua kota tersebut..Makkah dan Madinah saat itu dipenuhi oleh para sahabat … mereka adalah golongan ahlu sunnah wal jamaah. Dari sejak kepemimpinan Muawiyah ra yang mendapat baiat dari Imam Hasan RA.. hingga periode awal Yazid jadi raja.. Imam Husein selalu dalam keadaan aman. Keluarganya terlindungi.. mereka berada bersama dengan para ahlu sunnah wal jamaah dari kalangan sahabat dan tabiin.

 

Lalu terdengar kabar.. jeleknya tabiat Yazid sebagai raja.. meskipun Muhammad bin Ali bin Abi Thalib Al Hanafiyah menyatakan bahwa kabar ntu hanyalah sekedar gosip murahan.. tapi bagaimana pun .. Imam Husein jelas lebih baik .. sangatlah jauh lebih baik dari Yazid bin Muawiyah..

 

Nun jauh di seberang sana.. disebuah kota yang bernama kufah… dimana orang2 syiah berkumpul ikut berfikiran yang sama.. bahwa Imam Husein lebih berhak menjadi pemimpin dibandingkan Yazid..

 

Demi memenuhi keyakinan mereka bahwa sang Imam lebih layak di baiat dibandingkan Yazid.. maka mereka pun menyatakan kesiapan mereka dan kesedian mereka membaiat Imam Husein dan berkorban jiwa raga disampinya demi membelanya.

 

Begitulah yang tertulis dalam beratus2 surat yang terkumpul dalam berkantong2 surat yang datang kepada Imam Husein.. demi meyakinkan beliau.

 

Surat ibarat mulut bagi tuannya nun jauh disana sebagai pembawa pesan apa yang hendak dikatakan.. akan tetapi tindakanlah yang menjabarkan apa yang sebenarnya tersimpan dalam hati.

 

KETIKA SYIAH MENJEBAK IMAM HUSEIN DAN KELUARGANYA

 

Dikabarkan.. Abdullah bin Abbas RA yang oleh Sayyidina Ali RA diangkat menjadi penasehat dan orang kepercayaannya disaat beliau masih hidup menjadi amirul mukminin.. mengetahui adanya surat itu..

 

Sebagai sesama bani Hasyim dan Ahlul Bait Nabi.. beliau pun menasehati Imam Husein RA.. “Janganlah kamu dengarkan mereka.. mereka adalah kaum yang suka berkhianat sebagaimana mereka berkhianat kepada ayahmu”

 

Akan tetapi.. imam husein berperasangka baik.. terlebih didalam surat itu sangat2lah meyakinkan akan janji kesetiaan mereka.. dan jelasnya dalam surat itu pastinya ditambahkan sumpah kepada Allah SWT bahwa mereka akan setia.

 

Namun apa yang terjadi saat Imam Husein tiba di KARBALA..

 

Tak dinyana tak diduga.. disana sudah berkumpul pasukan Nashibi pimpinan gubernur Ubaidillah bin Jiyad.. mereka seakan sudah mengetahui kedatangan Imam Husein ke kota itu… seakan2 ini sudah dipersiapkan.. ini ibarat memancing sesuatu dari tempat amannya ke tempat yang berbahaya.

 

Imam Husein yang selalu aman tinggal di Makkah dan Madinah kini dihadapkan pada situasi sulit di padang Karbala. Orang syiah yang mengaku bahwa mereka mempunyai pasukan berjumlah 12 ribu orang dan akan membela Imam Husein.. hanyalah isapan jempol belaka. Jumlah pasukan mereka memang benar sejumlah 12 ribu.. tapi bukannya berada disamping Imam Husein seperti yang selalu mereka katakan.. mereka masing berada dibelakang Ubaidilah bin Jiyad..

 

Bahkan Imam Husein sempat memanggil beberapa tokoh syiah tersebut.. yang dulu dalam suratnya menyatakan janji setia.

 

=_______________=

Dibawah ini dikutip dari  http://www2.irib.ir/worldservice/melayuradio

=_______________=

 

Imam Husein lantas memanggil beberapa orang dari barisan musuh: “Wahai Syabats bin Rab`i, Hajjar bin Abjad, Qais bin Asy’ats, Zaid bin Haritsah! Bukankah kalian yang menulis surat kepadaku untuk datang dengan mengatakan bahwa buah-buah telah masak dan siap dipetik, dan seluruh warga Kufah akan menjadi bala tentaraku? Apakah kalian sudah lupa kepada janji dan sumpah setia kalian?”

 

Semuanya membantah pernah menulis surat itu kepada Imam Husein. Beliau menjawab: “Demi Allah kalian telah menulis surat itu.”

 

Qais bin Asy’ats menyergah: “Kami tidak tahu apa yang kau maksudkan. Jalan terbaik bagimu adalah menyerah dan menerima kekuasaan Bani Umayyah. Mereka pasti akan memberimu hadiah sebanyak yang kau inginkan. Mereka tidak akan mencelakakanmu.”

 

Zuhair bin Al-Qain mendatangi Imam Husein dan meminta izin untuk berbicara dengan pasukan Kufah. Imam mengizinkan. Sahabat setia Imam Husein itu segera bangkit dan berdiri menghadap pasukan musuh. Dengan suara lantang, Zuhair berseru: “Wahai warga Kufah! Takutlah kalian akan azab Allah. Aku berdiri di sini untuk menyampaikan nasehat kepada kalian, sebab kalian memiliki hak untuk mendengarkannya dariku. Sampai saat ini, kita masih terikat dalam persaudaraan seagama. Tali ikatan ini tetap ada selama pedang belum memisahkannya. Tetapi ketika pedang sudah berbicara, kita akan terpisah menjadi dua kelompok yang berbeda. Ketahuilah bahwa Allah telah menjadikan keluarga Rasul-Nya sebagai ujian bagi kalian, bagaimana kalian memperlakukan mereka. Allah telah melarang kalian untuk tunduk dan patuh kepada kaum durjana seperti Yazid dan Ubadillah bin Ziyad. Dia pulalah yang memerintahkan kalian untuk membela anak cucu Rasulullah. Jika tidak, tak lama lagi kaum durjana itu akan mencungkil mata kalian, memotong kaki dan tangan kalian serta menggantung tubuh kalian di batang korma.”

 

Nasehat Zuhair dibalas dengan makian. Pasukan Kufah tetap bersikeras untuk tidak meninggalkan medan perang sebelum berhasil membantai Imam Husein dan para sahabatnya atau membawa mereka dengan tangan terbelenggu kepada Ibnu Ziyad.

 

Imam Husein meminta kudanya. Setelah duduk di atas punggung kuda, beliau kembali menghadap pasukan Kufah. Sambil meletakkan sebuah naskah Al-Qur’an di  atas kepalanya Imam Husein berkata: “Wahai penduduk Kufah, antara kita ada kitab suci Tuhan dan sunnah kakekku Rasulullah. Tahukah kalian bahwa pakaian yang melekat di tubuhku ini adalah pakaian Nabi? Tahukah kalian bahwa pedang dan perisai yang aku bawa adalah milik kakekku, Rasululah?”

 

Pasukan musuh membenarkan kata-kata Imam Husein. Menyaksikan itu beliau bertanya: “Kalau begitu, apa alasan kalian memerangiku?”

 

“Ketaatan kepada gubernur Ubaidillah bin Ziyad,” jawab mereka.

 

Mendengar jawaban itu, Imam berkata, “Celaka kalian yang telah berbaiat kepada orang seperti dia dan mengacungkan pedang ke arah kami. Celaka kalian yang memilih untuk menjadi pembela musuh-musuh Allah yang tidak akan berlaku adil terhadap kalian. Mengapa kalian justeru memerangi keluarga Rasul di saat pedang kaum durjana menguasai kalian dan untuk selanjutnya orang-orang zalim itu akan mengotori dunia dengan kezaliman mereka. Celakalah kalian yang telah mencampakkan kitabullah dan mengubah-ubah kandungannya. Mengapa kalian patuh kepada para pengikut syaitan, pendosa, durjana dan pelanggar ajaran Rasul? Mengapa kalian justeru mengikuti mereka serta meninggalkan dan tidak membela kami, keluarga Rasul? Demi Allah, bukan kali ini saja kalian melanggar sumpah setia. Kehidupan kalian sarat dengan pengkhianatan yang telah menyatu dengan kepribadian kalian. Ketahuilah bahwa Ibnu Ziyad telah memberiku dua pilihan. Kehinaan atau pembantaian. Kami tidak akan pernah memilih kehinaan. Sebab Allah, kaum mukiminin dan semua orang bijak tidak akan merelakanku memilih kehinaan. Mereka tidak akan menerima alasanku mengikuti orang-orang durjana itu. Kini aku bersama sanak keluarga dan sahabat-sahabatku yang berjumlah kecil ini bangkit untuk berjuang di jalan Allah dan siap untuk meneguk cawan syahadah. Wahai penduduk Kufah, ketahuilah bahwa setelah ini kalian tidak akan hidup lama. Inilah yang diberitahukan oleh ayahku dari kakekku Rasulullah. Wahai warga Kufah! pikirkanlah untuk selanjutnya selesaikan segera urusan  ini. Ketahuilah bahwa Husein hanya berharap kepada Allah yang Maha Besar, sebab tak ada satupun makhluk yang hidup, kecuali seluruh urusan dan kehidupannya ada di tangan Allah. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.”

 

Kemudian Imam Husein membawakan bait-bait syair Farwat bin Masik Al-Muradi, salah seorang sahabat Nabi:

 

“Wahai kalian semua, jika kami menang itu sudah tradisi. Namun jika kami hancur ketahuilah bahwa kami tidak akan kalah. Jika kami berhasil membunuh, kemenangan ada pada kami, dan jika kami terbunuh kami tetap menang. Kami bukanlah pengecut dan berhati lemah. Kami adalah jawara dan pemberani. Jika kami terbunuh berarti itulah saat kesyahidan dan pengorbanan kami. Ketika kematian tidak menjemput suatu kaum, berarti ketika itu ia sedang merenggut kaum yang lain.”

 

“Inilah hari yang ditentukan bagi kami dan para pembela kami. Jika para tokoh dunia kekal kamipun pasti akan kekal, sebab kami adalah pemuka umat manusia. Jika para pemimpin meninggalkan dunia ini menuju ke alam keabadian, kamipun juga akan berjalan menuju ke sana.”

 

Imam Husein mengangkat kedua tangannya dan berdoa: “Ya Allah, jangan kau siramkan hujan rahmat-Mu kepada kaum ini. Buatlah mereka hidup di bawah kekuasaan para durjana. Dudukkanlah budak dari Bani Tsaqif itu untuk menguasai mereka dan memberi mereka rasa kehinaan. Engkau tahu bahwa Husein selalu berserah diri dan bertawakkal kepadaMu.  Engkaulah tempat kami semua kembali.”

 

Selesai ngutipnya..

=_______________=

 

Basyir bin Khuzaim al-Asadi berkata: Aku melihat Zainab binti Ali As saat itu. Tak pernah kusaksikan seorang tawanan yang lebih piawai darinya dalam berbicara. Seakan-akan semua kata-katanya keluar dari lisan Amirul Mukminin Ali As. Kemudian ia memberi isyarat agar semuanya diam. Nafas-nafas bergetar. Suasana menjadi hening seketika. Zainab memulai untaian kata-katanya:

 

“Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas kakekku Rasulullah Muhammad Saw dan keluarga pilihannya yang suci dan mulia.

 

Wahai penduduk Kufah! Wahai para pendusta dan orang-orang licik. Untuk apa kalian menangis? Semoga aliran air mata kalian tidak akan pernah berhenti. Aku berharap jeritan kalian tidak akan pernah berakhir. Kalian ibarat wanita yang mengurai benang yang sudah dipintalnya dengan kuat namun kemudian kalian membuyarkannya kembali hingga bercerai-berai. Sumpah dan janji setia yang kalian lontarkan hanyalah sebuah makar dan tipu daya semata.

 

Ketahuilah, wahai penduduk Kufah! Yang kalian miliki hanyalah omong kosong, cela dan kebencian. Kalian hanya tampak perkasa di depan wanita tapi lemah di hadapan lawan. Kalian lebih mirip dengan rumput yang tumbuh di selokan yang berbau busuk atau perak yang terpendam. Ketahuilah bahwa kalian sendiri telah membuat nasib buruk terhadap hari akherat kelak dan alangkah kejinya perbuatan kalian yang telah membuat murka Allah dan kalian akan tinggal selama-lamanya di neraka.

 

Untuk apa kini kalian menangis tersengguk-sengguk? Ya, aku bersumpah demi Allah, perbanyaklah kalian menangis dan kurangilah tertawa kalian, sebab kalian telah mencoreng diri kalian sendiri dengan aib dan cela yang tidak dapat dihapuskan selamanya. Bagaimana mungkin kalian akan mampu untuk menghapuskan darah suci putra Nabi sedangkan orang yang kalian bunuh adalah cucu penghulu para nabi, poros risalah, penghulu pemuda surga, tempat bergantungnya orang-orang baik, pengayom mereka yang tertimpa musibah, menara hujjah dan pusat sunnah bagi kalian.

 

Ketahuilah, bahwa kalian sudah terjerembab dalam dosa yang sangat besar. Terkutuklah kalian! Semua usaha yang telah kau lakukan akan menjadi sia-sia, tangan-tangan jadi celaka, dan jual beli membawa kerugian. Rahmat-Nya tidak akan meliputimu karena kau telah membinasakan sendiri usaha-usaha kalian. Murka Allah telah Dia turunkan atas kalian. Kini hanya kehinaanlah yang akan selalu menyertai kalian.

 

Celakalah kalian wahai penduduk Kufah! Tahukah kalian, bahwa kalian telah melukai hati Rasulullah? Putri-putri beliau kalian gelandangkan dan pertontonkan di depan khalayak ramai? Darah beliau yang sangat berharga telah kalian tumpahkan ke bumi? Kehormatan beliau kalian injak-injak? Aku yakin bahwa apa-apa yang telah kalian lakukan adalah kejahatan yang paling buruk dalam sejarah yang akan disaksikan oleh semua orang dan tak akan pernah hilang dari ingatan.

 

Mengapa kalian mesti heran ketika menyaksikan langit meneteskan darah? Sungguh azab Allah di akhirat kelak sangat pedih. Dan tidak akan ada seorang pun yang akan menolong kalian. Kalian jangan tertipu dengan kesempatan waktu yang telah Allah ulurkan ini. Sebab masa itu pasti akan datang dan pembalasan Allah tidak akan meleset. Tuhanmu menyaksikan semua yang kalian lakukan.”

 

Sayid Ibnu Thawus, Luhuf, hal. 146, Thabarsi, Ihtijâj, Jil. 2, hal. 303, Syaikh Mufid, Amali, hal. 321, Syaikh Thusi, Amali, hal. 91, Ibnu Syahr Asyub, Manâqib, Jil. 4, hal. 115, Allamah Majlisi, Bihâr al Anwâr, jil. 45, Hal. 108 dan 162.

Kategori:Hari Asyura'